Jumat, 09 Desember 2011

Muhammad David Octavian, Vermak Jeans Kelas Atas


Usia muda berlatar belakang keluarga sederhana bukan berarti pintu sukses tertutup rapat. Dengan modal tabungan di masa remaja dan pengalaman menjajaki bisnis tanpa modal, David sukses (22) membangun usaha vermak khusus jeans branded premium. Langganannya kelas atas, bisa mengantongi 35 juta setiap bulannya.
Menabung uang serta memupuk pengalaman bisnis di usia belia tidak sia-sia bila dilakukan dengan sepenuh hati, kerja keras dan komitmen.

Hasilnya adalah kesuksesan, seperti yang sudah dijalani pemuda berdarah betawi, Muhammad David Octavian. Berasal dari keluarga sederhana, David sudah membiasakan diri untuk mandiri dan mencari uang tambahan dengan berbisnis kecil-kecilan  sejak duduk di bangku SD. Kini kerja keras dan hasil tabungannya itu sudah membawa dirinya menjadi pengusaha sukses di usia yang baru menginjak 22 tahun.

Anak kedua dari pasangan Wawan Wahyudin dan Kokoy Rukoyah ini dikenal sebagai pebisnis muda sejak ia membangun satu-satunya vermak khusus jeans branded di Indonesia, Jakarta Jeans House (JJH). Namun kesuksesan bisnis yang dijalani tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.

Perjuangan dimulai dari bawah; berjualan gelang rajutannya sendiri, menjual jaket, penyedia jasa percetakan sampai menjajakan pakaian di kampus, dilakoni David demi menjadi entrepreneur sejati. Memasuki masa SMA, kehidupan makin terasa berat. “ Pada saat SMA, itulah masa paling sulit dari saya. Saya harus melewati keseharian dalam pergaulan dengan teman-teman yang cukup tinggi taraf sosialnya. Kadang-kadang saya ingin sekali seperti teman-teman saya, ingin minta uang sama mama untuk jajan dan nongrong bareng teman-teman. Namun saya berpikir itu bukan solusi dan saya bertahan dengan bisnis membuat brosur, panflet, poster, spanduk untuk acara-acara sekolah” papar David.

Beratnya mengalami masa SMA, membuat David berpikir untuk tidak kuliah. Baginya kuliah hanya akan menambah beban bagi kedua orangtuanya. Namun keinginan orang tua sangat kuat untuk tetap menguliahkan David walaupun sang ayah hanya bekerja di bengkel mobil dan ibu bekerja sebagai penjaga toko. Akhirnya David pun kuliah di salah satu universitas swasta jurusan IT.

Saat kulaih memasuki semesrter dua, David baru mengetahui kalau uang masuk kuliahnya adalah hasil jual gelang emas sang ibu. Sejak saat itu David bertekad mencari uang tambahan sambil kuliah. “ Dengan uang yang saya tabung selama masa sekolah, kira-kira 3 jutaan, saya berpikir untuk berbisnis lagi yaitu bisnis jualan baju untuk kalangan teman kampus. Setiap hari saya bangun jam 5 pagi, berangkat naik busway ke Mangga Dua, belanja pakaian laki-laki dan perempuan. Jadi setiap berangkat kuliah saya sudah pasti bawa dua tas yang isinya baju-baju dagangan saya” papar pemuda kelahiran Jakarta 29 Oktober 1989 ini.

Setelah lama berkutat berjualan baju, akhirnya David menghentikan bisnis jualannya. David ingin menjadi entrepreneur sejati ; memiliki tempat usaha dan memperkerjakan beberapa karyawan. Seiring keinginan itu ternyata celana jeans import menginvasi Indonesia. Brand seperti Lee, Levis, Nudie, Tsubi, Ksubi, LeeCoper, Imperial, Cheap Monday, Truly Legend, April 77,Iron Heart dan lain sebagainya makin marak dipasaran. Namun, banyaknya pengguna jeans branded di Indonesia tidak sebanding dengan jumlah jasa vermak khusus jeans premium tersebut. Menurut David selama ini memang banyak penjahit vermak jeans, tapi hasilnya kurang memuaskan.

Gejala ini dijadikan David sebagai peluang usaha vermak khusus jeans premium. Maka pada Oktober tahun 2009, David mendirikan Jakarta Jeans House (JJH). “ Vermak jeans sih banyak dimana-mana tapi tidak ada taylor khusus tentang jeans branded. Dari sini saya mulai berpikir saya bisa mengambil kesempatan bisnis ini. Saya ingin memberikan solusi bagi mereka yang ingin menjaga kualitas jeans premiumnya walaupun sudah di vermak” ucap anggota termuda dari Himpunan Pengusaha Muda ini.

Untuk membangun JJH, David kembali membuka pundi-pundi tabungannya, hasil putaran uang dari bisnis berjualan pakaian, terkumpul 15 juta. Dengan modal yang relatif kecil itu, David menyewa tempat di jalan Cipete yang berukuran 1,3 meter, membeli satu alat mesin khusus jeans , mesin obras khusus jeans dan renovasi tempat. Untuk mengembangkan kualitas vermaknya David membeli mesin Chainstich yang diimpor dari Jepang. Mesin ini berfungsi menghasilkan jahitan rantai yang bisa menghasilkan ropping effect yang biasa terdapat pada jeans-jeans import. Keaslian jahitan jeans import tersebut tetap terjaga meskipun sudah divermak. David meyakinkan kalau di Indonesia belum ada yang memiliki mesin seharga 35 juta ini selain JJH. Kualitas vermak yang dihasilkan membuat JJH menjadi pusat vermak jeans premium terbaik se Indonesia, bahkan se Asia.

Kini David memiliki tiga toko dan memperkerjakan delapan karyawan, setiap bulannya JJH mengerjakan 500 sampai 600 celana jeans import khusus di vermak. Harga vermak berkisar antara 17 ribu – 120 ribu rupiah. JJH juga menyediakan jasa custom jeans import atau menjahit baru dengan design pribadi pelanggan. JJH membantu membuatkan dengan menyediakan bahan jeans kualitas import dan dijahit dengan mesin yang terbaik pula. Untuk custom jeans harga yang dibanderol kisaran 538 ribu – 688 ribu rupiah. Dengan total produksi vermak dan custom tersebut , David mengakui omset JJH dalam sebulan mencapai angka 35 jutaan. (majels)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar