Kamis, 08 Desember 2011

DR. H. Mashyari SE. MM, Tukang Minyak Menjadi Raja Jamu


Datang ke Jakarta tanpa keahlian. Beragam pekerjaan dijalani seperti berjualan minyak hingga loper koran. Nasib membawanya ke bisnis jamu. Dan Mashyari pun melambung ke jajaran papan atas bisnis produk tradisional ini. Semuanya dilalui dengan penuh perjuangan, sampai kini sukses mengelola 6 perusahaan.

Datang ke Jakarta niatnya hanya satu, Bekerja. Namun Jakarta memang kejam. Sebentar saja Mashyari sadar, ia berada di belantara kehidupan yang keras. Sadar kalau ia harus bekerja untuk bertahan hidup, Mashyari memutuskan untuk bekerja apa saja. 

Pertama-tama sebagai tukang minyak, ia berjualan dengan gerobak keliling kampung. Lalu berjualan sebagai loper koran. Sederet pekerjaan lainpun dilakoninya. Sampai akhirnya ia berhasil menjadi salesman freelance. Profesi inilah yang membawanya ke jenjang hidup yang lebih baik. “Tahun 1980-an itu dari hasil salesman, saya bisa punya uang sampai 600 rupiah. Saya mampu membeli motor yang harganya saat itu 130 ribu rupiah” ceritanya.

Mashyari lantas memutuskan untuk meneruskan sekolah. Ia masuk SMA. Sengaja ia mengambil sekolah siang hari agar tetap bisa bekerja. Kegemarannya membaca membawanya ke pintu perjalanan hidupnya yang baru. Suatu kali, ia membaca ramuan jamu yang lantas ia praktekkan secara otodidak. “ Bentuknya sangat sederhana. Hanya dirajang. Kemasannya plastik dengan label kertas yang difotocopy” kenangnya. Saat bekerja sebagai salesman, Mashyari juga menjajakan dagangannya. Ternyata banyak orang yang menyukai jamu ramuannya.

Yakin pada dagangannya, Mashyari mengambil keputusan berani, meninggalkan pekerjaannya sebagai salesman yang telah memberinya kehidupan lebih baik. Ia memutuskan menekuni bisnis jamunya dengan modal 16 ribu rupiah. Namun pengalaman bertahun-tahun sebagai salesman membuatnya  tahu kalau ia harus membuat jaringan pemasaran. Dan yang ia pilih adalah apotek.

Tapi itu bukan pekerjaan mudah. Semua apotek menolak jamunya. Tapi Mashyari tidak kehabisan akal. Meski kerap dimarahi pemilik apotek, jamunya akhirnya diterima. “ Saat itu saya sering sekali dimarahi pemilik apotek, tidak laku dimarahi, laku juga dimarahi” ujarnya sambil tertawa. Soal yang terakhir karena Mashyari memang sedikit sulit dihubungi sang pemilik apotek jika persediaan jamu habis. Padahal jamu racikannya makin diminati orang.

Lantas apa yang membuat jamu racikan Mashyari laku keras ? “Iklan yang tepat” jawabnya. Mashyari memang piawai membaca kekuatan produk dan bagaimana memasarkannya. Ini adalah pengetahuan yang ia dapat dari pengalaman bertahun-tahun menjadi salesman. “ Jamu saya kan khusus untuk pria. Jadi saya rancang kata-kata promosinya yang mengena untuk kaum pria” ujarnya membuka rahasia. 

Mashyari memang tahu betul bagaimana memasarkan produknya dengan bahasa yang tepat pada pasar yang tepat. Meski sibuk berbisnis , Mashyari tidak lupa dengan sekolahnya. Ia bahkan menamatkan semua jenjang pendidikan hingga yang tertinggi yakni S3. Semua itu dilaluinya dalam dinamika bisnis yang tetap menjadi kesehariannya.

Bisnisnya sendiri bukannya tanpa masalah. Suatu ketika, bisnis jamunya tersandung masalah. Mashyari bangkrut , namu ia kembali bangkit dan memilih untuk membangun bisnis jamunya kembali. Dengan cepat usahanya berkembang dan sukses. Namun malang tak dapat ditolak, usahanya bangkrut lagi. Semua harta bendanya habis untuk menutupi kerugian. Saat itulah Mashyari mengaku memasuki tahap lebih dalam proses pengenalan dirinya. Dirinya sampai pada kesimpulan bahwa ia sudah terlalu lama mengabaikan hak-hak Alloh, berbuat baik pada orang tua sampai pada tetangga dan keluarga.

Perenungannya itu membuahkan hasil. Kini Mashyari makin mantap dalam berbisnis juga berkembang. Kini tak kurang 6 perusahaan telah ia miliki. Ia mengaku bisnisnya berjalan secara mengalir saja tanpa perencanaan ini itu.

Sedangkan untuk bisnis yang lain berupa kost-kostan ia bisa meraup omzet jutaan rupiah perbulan. Padahal kost hariannya dijalankan dengan syariah islam yang ketat. Kalau tidak ada bukti pasangan yang resmi maka pasti akan ditolak. Tapi justru karena itulah makin banyak orang yang suka terutama tamu dari Malaysia yang mengaku lebih suka dengan kost islami ketimbang hotel yang bebas. (majels)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar