Sabtu, 26 November 2011

Widodo Disto Dengan Kedai Patin Kegemaran Seleb


Sekadar coba-coba dari hobi memasak sewaktu masa kuliah di Yogya. Pemasarannya pun lewat tukang sayur keliling. Kini ia membuka Kedai Disto, tempat yang homey, menu khas ikan patin,juga suguhan musik keroncong menjadi daya tarik pelanggan termasuk para artis dan seniman.

Tak kurang dari Hanung Bramantyo, Angel Karamoy, Samuel Rizal, Alex Komang, Tyas Mirasih, Tengku Ryan, Tompi, Maliq n Déssentials, The Groove,Sheila On 7 dan masih banyak lagi seleb yang kerap menyambangi Kedai Disto. Venue sederhana, namun dibalik keremangan malam tercipta suasana familiar. Sembari menikmati menu khas ikan patin, pengunjung di dalam maupun di teras bebas bercengkrama, diiringi lantunan musik jazz dan keroncong.

Cukup panjang Disto menggali proses kesuksesan ini. Awalnya ia suka masak karena kost saat itu di Yogya. Jika ada tukang sayur maka Disto menitipkan masakannya ke tukang sayur itu. Idenya karena tukang sayur disana selalu lewat tempat perumahan elite di Yogya, maka terpikir kenapa tidak menitipkan masakan jadi ke sana. Ternyata menu kepiting yang dibuat laris manis. Mengetahui hasil masakannya disukai banyak orang dan laku keras  maka muncul cita-cita Disto untuk membuat restoran.

Menghabiskan sebagian masa kecilnya di Yogya, terpisah dari kedua orangtuanya yang saat itu tinggal di Jakarta, membuat Disto mulai akrab dengan dunia bisnis. Dimulai dengan membuat tas kulit untuk menambah uang saku. Sedangkan hobi memasak dimulai ketika Disto sering membantu ibunya di dapur, terutama ketika di rumahnya digelar hajatan besar.

Memasak yang awalnya menjadi kepuasan untuk sendiri akhirnya dijalani lebih serius pada tahun 1999 dengan membuka rumah makan. Tahun 1997 saat ia hijrah ke Jakarta sesudah menyelesaikan studinya di fakultas hukum, keinginan Disto untuk mulai merintis usaha kurang berjalan mulus. Pilihannya bergelut di dunia bisnis saat itu kurang mendapat dukungan dari keluarga.

Bagi Disto terjun ke dunia usaha ibarat dunia liar. Kita sendiri yang membuat aturannya. Hal tersebut menjadikan tantangan tersendiri baginya, ketimbang bergerak di bidang lain. Ia lalu mencoba mendirikan sebuah restoran di bilangan Kebon Jeruk. Sayang kurang mendapat sambutan yang baik. Akhirnya Disto mulai mencari konsep bagaimana agar makanan dan restonya dapat menarik para peminat kuliner.


Ia belajar dari mereka yang sudah lebih dulu sukses. Sebagian besar dari mereka melakukan sesuatu yang baru dan akhirnya menjadi pelopor. Disto pun melakukan inovasi terhadap restonya yang diberi nama Kedai Disto dengan mengkhususkan kepada masakan olahan ikan patin.

Menu ikan patin dipilih supaya berbeda dengan rumah makan lain yang banyak terdapat di kawasan Cipete. Untuk memperkenalkan kedainya, Disto yang juga seorang musisi ini memanfaatkan jaringan musik untuk memperkenalkan kedainya.

Teman-teman sesama musisinya pun tidak luput dari ajakan Disto untuk mencoba resep ikan patin hasil racikannya. Usaha lulusan Universitas Atmajaya ini untuk menarik teman-temannya untuk mengunjungi kedainya juga bukan tanpa kesulitan.Melalui konsep dekorasi yang terbilang cukup sederhana, banyak dari mereka yang menolak diajak ke kedainya. “Pertama mereka diajak kesini awalnya tidak mau. Waktu itu seperti warteg. Gila aja lho diajak ke tempat seperti ini ! kata mereka, namun karena yang kita tawarkan makanan yang enak, akhirnya mereka menyukai tempat ini”ujarnya.

Kini lewat kesan sederhana yang homey, Kedai Disto yang terletak di Jl Cipete Raya ini menjadi terkenal melalui racikan makanan yang enak, murah dan ramah. Andalan utama resto ini adalah sajian ikan patin goreng maupun bakar lengkap dengan sambal hijau. Tidak hanya menjual ikan patin saja , demi membuat nyaman tamu-tamunya di kedai ini, Disto juga menyediakan tempe penyet , ayam bakar, sampai spaghetti. Untuk menjamu tamu kedai ini juga menyuguhkan alunan musik keroncong.

Dengan harga menu Rp 30.000 hingga Rp 90.000 sehari Kedai Disto mampu menghabiskan 20-40 kilo ikan patin. Seiring dikenalnya Kedai Disto dikalangan seniman, artis, hingga berbagai komunitas kedai ini juga pernah disambangi oleh pakar kuliner nusantara Bondan “Mak Nyus” Winarno untuk salah satu acara kulinernya.

Walau kerap dikeluhkan oleh banyak pelangganya karena proses pembuatannya yang cukup lama, namu Disto tetap mementingkan kualitas. “Jika orang yang belum tahu pasti akan protes, namun kita tetap komitmen kepada kualitas. Kita percaya jika mereka sudah mencoba, pasti mereka akan kembali lagi” tandas Disto mengakhiri penyampaiannya.(els)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar